"Katakanlah:"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa". Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Al Quran : Al Ikhlas 1-4)

Sabtu, 05 Desember 2009

Di Mana Allah

Di mana Tuhan ?, sebuah pertanyaan yang seringkali dilontarkan oleh kaum atheisme. Mereka meragukan, bahkan menolak eksistensi Tuhan. Dialog antara Imam Abu Hanifah (M) dan beberapa orang atheis (A) berikut akan memberikan pencerahan tentang eksistensi Tuhan.
A:"Tahun berapakah Tuhanmu dilahirkan?"
M:"Allah SWT tidak dilahirkan, sebab jika dilahirkan berarti Dia memilki kedua orang tua. Dia juga tidak beranak, sebab jika beranak berarti Dia memilki anak. Dan hal ini telah dijelaskan dalam Al Quran Surat Al Ikhlas :3 (Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan)"
A:"Tahun berapakan Tuhanmu ditemukan?"
M:"Allah SWT ada sebelum adanya penanggalan, zaman ataupun waktu?"
A:"Kami meminta kepadamu untuk menjawab dengan contoh-contoh dari realita kehidupan ini"
M:"Bilangan berapakah sebelum empat?"
A:"Tiga"
M:"Sebelum tiga?"
A:"Dua"
M:"Sebelum dua?"
A:"Satu"
M:"Sebelum satu?"
A:"Tidak ada lagi sebelumnya"
M:"Jika dalam ilmu hitung saja tidak ada angka sebelum angka satu, maka bagaimana dengan "Satu Yang Hakiki" yaitu Allah SWT. Sesungguhnya Dia Maha Terdahulu dan tidak ada permulaan bagi-Nya"
A:"Ke arah manakah Tuhanmu menghadap?"
M:"Jika kalian meletakkan sebuah lampu ditempat yang gelap, maka menghadap ke arah manakah cahaya itu menghadap?"
A:"Menghadap ke semua arah"
M:"Jika cahaya yang dibuat oleh manusia saja seperti itu, maka bagaimana dengan cahaya langit dan bumi?"
A:"Beritahukan kepada kami tentang Dzat Tuhanmu, apakah berupa zat pada seperti besi, ataukah zat cair seperti air, ataukah zat gas seperti asap?"
M:"Apakah kalian pernah duduk di samping orang sakit yang sedang menghadapi sakaratul maut?"
A:"Ya, kami pernah"
M:"Apakah setelah mati, ia dapat berbicara kepadamu?"
A:"Tidak"
M:"Sebelum mati ia dapat berbicara. tetapi setelah mati ia tidak dapat berbicara. Demikian pula, sebelum mati ia dapat bergerak, tetapi setelah mati ia tidak dapat berbuat apa-apa. Lalu sesuatu apakah yang telah merubah kondisinya itu?"
A:"Keluarnya ruh dari badannya"
M:"Apkah ruhnya telah keluar?"
A:"Ya"
M:"Berilah gambaran kepadaku tentang ruh tersebut apakah ia berupa zat padat seperti besi, ataukah zat cair seperti air, ataukah zat gas seperti asap?"
A:"Kami tidak mengetahuinya sama sekali"
M:"Jika kalian tidak dapat memberikan gambaran tentang hakikat ruh padahal ruh itu termasuk mahluk Allah, lalu mengapa kalian meminta kepadaku untuk menggambarkan tentang Dzat Allah?"
A:"Di tempat manakah Tuhanmu berada?"
M:"Jika kalian menyuguhkan segelas susu segar, apakah dalam susu tersebut terlihat ada minyak samin?"
A:"Ya"
M:"Di bagian manakah minyak itu?"
A:"Minyak itu tidak menempati tempat tertentu, tetapi ia tersebar di seluruh bagian susu tersebut"
M:"Jika sesuatu yang diciptakan oleh manusia saja yaitu minyak samin tidak menempati suatu tempat tertentu, lalu mengapa kalian meminta kepadaku untuk mengatakan bahwa Allah berada di suatu tempat tertentu. Sungguh, ini merupakan sesuatu yang sangat aneh"
A:"Jika masuk surga memiliki permulaan waktu, mengapa tidak ada akhir ataupun ujungnya. Bahkan para penduduk surga akan kekal di dalamnya"
M:"Bukankah bilangan ilmu hitung yang kenal sekarang ini memiliki permulaan tetapi tidak memiliki akhir?"
A:"Bagaimana mungkin kenikmatan-kenikmatan surgawi akan selalu bertambah dan tidak akan pernah habis meskipun telah digunakan?"
M:"Bukankah jika kalian mengamalkan ilmu yang telah kalian miliki, ilmu itu akan terus bertambah dan tidak pernah berkurang sedikitpun"

Sumber: Di Mana Allah, Abdurrahman As-Sanjari. Penerbit Iqra Insan Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar