Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS. Al Kahfi, 18: 7)
Dengan demikian, Allah mengharapkan manusia tetap menjadi hamba-Nya yang setia sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, dunia adalah tempat di mana mereka yang takut kepada Allah dan mereka yang tidak berterima kasih kepada Allah dibedakan satu sama lain, kebaikan dan keburukan, kesempurnaan dan kekurangan bersisian dalam "kerangka" ini. Manusia diuji dalam banyak hal. Pada akhirnya, orang-orang yang beriman akan terpisahkan dari orang-orang yang tidak beriman dan mencapai surga. Dalam Al Quran hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al Ankabuut, 29: 3)
|
|
Untuk memahami intisari dari ujian ini, seseorang harus memiliki pemahaman mendalam tentang Penciptanya, yang keberadaan dan sifat-Nya terwujud dalam segala sesuatu yang ada, Ialah sang Pencipta, Pemilik kekuatan, pengetahuan, dan kebijaksanaan yang tak terbatas.
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Hasyhr, 59: 24)
Allah menciptakan manusia dari tanah liat, memberkahinya dengan banyak keistimewaan, dan melimpahkan banyak kemurahan atasnya. Tidak ada seorang pun mendapatkan kemampuan penglihatan, pendengaran, berjalan, atau bernafas dengan sendirinya. Lebih lanjut, sistem yang kompleks ini ditempatkan di tubuhnya dalam rahim sebelum ia dilahirkan dan ketika ia tidak memiliki kemampuan apa pun untuk merasakan dunia luar.
Dengan seluruh pemberian ini, yang diharapkan dari seorang manusia adalah agar ia menjadi hamba Allah. Bagaimanapun, sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al Quran, kebanyakan manusia adalah "pendurhaka" dan "tidak berterima kasih" kepada Penciptanya, karena mereka menolak mematuhi Allah. Mereka menganggap bahwa kehidupan itu panjang dan mereka memiliki kekuatan untuk bertahan.
Itulah sebabnya tujuan mereka adalah "menggunakan hidup mereka sebaik-baiknya selagi sempat". Mereka melupakan kematian dan hari akhir, Mereka berusaha keras menikmati kehidupan dan mencapai standar kehidupan yang lebih baik. Allah menjelaskan kecintaan mereka terhadap hidup ini dalam ayat berikut:
Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memedulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat. (QS. Al Insaan, 76: 27)
Di dalam Al Quran, wahyu otentik terakhir yang tersisa, yang membimbing manusia kepada jalan yang benar, Allah berulang kali mengingatkan kita akan sifat fana dunia ini, memanggil kita kepada kejernihan pikiran dan kesadaran. Tentu saja, di mana pun kita tinggal, kita semua rentan terhadap dampak-dampak yang menghancurkan dari dunia ini, sebuah fenomena yang menjelaskan dirinya sendiri bagi orang-orang yang mengamati kehidupan dan berbagi kejadian di sekitar kita. Ini sama halnya untuk segala keindahan yang mengelilingi kita. Gambar di halaman ini masing-masingnya menunjukkan fakta ini. Setiap sudut dunia betapa pun mengesankannya, akan rusak dalam beberapa dasawarsa, terkadang bahkan dalam jangka waktu yang lebih singkat daripada yang diperkirakan.
Segala sesuatu di muka bumi ditakdirkan untuk musnah. Inilah sifat kehidupan duniawi yang sebenarnya...
Orang-orang yang tidak beriman berusaha keras merasakan seluruh kesenangan hidup ini. Namun, sebagaimana yang digambarkan dalam ayat di atas, hidup berlalu dengan sangat cepat. Ini adalah poin penting yang dilupakan oleh kebanyakan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar